Apakah
raja-raja di Nusantara, khususnya Jawa jaman dulu punya strategi
perang? Apakah saat berperang sang mahapatih perang menyusun formasi
buat pasukannya? Bila ya, seperti apa?
Ternyata dari data prasasti masa Jawa Kuno, sejak era Kerajaan Mataram Kuno sekitar abad 7 dan 8 mencatat banyak terjadi peperangan. Apalagi ketika Majapahit berkuasa di abad ke-16.
Ternyata dari data prasasti masa Jawa Kuno, sejak era Kerajaan Mataram Kuno sekitar abad 7 dan 8 mencatat banyak terjadi peperangan. Apalagi ketika Majapahit berkuasa di abad ke-16.
Ilustrasi Perang/pernakpernik.net |
Berbicara
mengenai perang maka tidak terlepas dari strategi perang yang dipakai
dalam suatu peperangan. Kata strategi itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani strategos, yang secara sempit dirumuskan sebagai “seni seorang
jenderal”. Istilah itu muncul karena pada mulanya strategi berkaitan
dengan siasat militer bagaimana seorang jenderal berusaha mengelabui
musuh, dan membagi-bagi pasukannya dalam perang.
Dalam teori perang, strategi dan taktik umumnya ditempatkan dalam dua kategori yang berbeda. Dua bidang ini secara tradisional dirumuskan menurut dimensi yang berbeda. Strategi berkenaan dengan ruang yang luas, jangka waktu yang lama, serta gerak militer besar-besaran; sedangkan taktik merupakan aplikasi dari strategi.
Dengan demikian, strategi diartikan prelude (pendahuluan) sebelum terjun ke medan pertempuran, sedangkan taktik adalah kegiatan di medan perang.
Dari kesusateraan Jawa Kuno terdapat bukti bahwa orang pada masa itu telah mengenal strategi perang, antara lain dari kakawin Bhāratayūddha, yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada masa pemerintahan Jayabhaya dari Kerajaan Kadiri pada tahun 1019 Śaka (1157 M.)
Kakawin ini menuliskan tentang bermacam-macam jenis byūha/wyūha (strategi perang) yang dilakukan oleh Pandawa dan Kurawa dalam peperangan yang langsung berhadapan dengan musuh atau serangan frontal.
Dalam teori perang, strategi dan taktik umumnya ditempatkan dalam dua kategori yang berbeda. Dua bidang ini secara tradisional dirumuskan menurut dimensi yang berbeda. Strategi berkenaan dengan ruang yang luas, jangka waktu yang lama, serta gerak militer besar-besaran; sedangkan taktik merupakan aplikasi dari strategi.
Dengan demikian, strategi diartikan prelude (pendahuluan) sebelum terjun ke medan pertempuran, sedangkan taktik adalah kegiatan di medan perang.
Dari kesusateraan Jawa Kuno terdapat bukti bahwa orang pada masa itu telah mengenal strategi perang, antara lain dari kakawin Bhāratayūddha, yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada masa pemerintahan Jayabhaya dari Kerajaan Kadiri pada tahun 1019 Śaka (1157 M.)
Kakawin ini menuliskan tentang bermacam-macam jenis byūha/wyūha (strategi perang) yang dilakukan oleh Pandawa dan Kurawa dalam peperangan yang langsung berhadapan dengan musuh atau serangan frontal.
Jenis-jenis wyūha yang terdapat dalam kakawin Bhāratayūddha (Wiryosuparto 1968:31–40):
Wajratiksna wyūha (kiri) dan wukir sagara wyūha (kanan)
|
Garuda wyūha |
Makara wyūha & cakra wyūha
|
Padma wyūha |
Ardhacandra wyūha |
Kānana wyūha |
Strategi
perang tersebut bersumber dari kesusasteraan India (Arthasastra),
karena pengaruh Hindu sangat kental saat itu. Pada perkembangannya
kemudian, saat VOC masuk Indonesia meneliti strategi dan taktik perang
raja-raja Jawa. Kesimpulannya adalah:
1. Penyerbuan secara tiba-tiba
2. Merobohkan pohon-pohon ke jalan raya sehingga jalan tertutup dan menghalangi serangan musuh.
3. Memutuskan suplai makanan (logistik) agar musuh dipaksa menyerah karena kelaparan
4. Memutuskan suplai air dari bendungan (lihat Schrieke, 1957: 132-135)
1. Penyerbuan secara tiba-tiba
2. Merobohkan pohon-pohon ke jalan raya sehingga jalan tertutup dan menghalangi serangan musuh.
3. Memutuskan suplai makanan (logistik) agar musuh dipaksa menyerah karena kelaparan
4. Memutuskan suplai air dari bendungan (lihat Schrieke, 1957: 132-135)
Mantap, kan? Strategi perang kerajaan di Indonesia jaman dulu tak kalah dengan bangsa Romawi dan lainnya.
No comments:
Post a Comment