Stonehenge adalah monumen megalistik peninggalan zaman perunggu dan neolithikum
yang terletak di dekat Amesbury, sekitar 13 km barat laut Salisbury Plain,
Wilshire, Inggris. Stonehenge terdiri atas
30 batu tegak dengan tinggi 10 meter dan berat 26 ton. Semua batu tegak raksasa
tersebut tersusun melingkar. Di dalam 30 lingkaran batu besar, terdapat 30 batu
lagi dengan ukuran lebih kecil yang dinamakan Lintens, juga disusun dengan
bentuk melingkar. Namun sayangnya, penataan Stonehenge
ini hanya tinggal puing- puingnya saja. Kebanyakan batu-batu tersebut sudah
jatuh, terkikis, bahkan banyak yang hilang. Lingkaran batu itu diperkirakan
dibuat pada 2500-2000 SM. Namun, ada beberapa bagian yang tampaknya dibangun
lebih awal lagi. Perbedaan umur tersebut menandakan
bahwa Stonehenge dibangun dari generasi ke generasi
melalui berbagai tahapan.
Kompleks Stonehenge dibangun selama 2000 tahun dan di sepanjang kurun
waktu tersebut aktivitas pembangunan terus berjalan. Hal tersebut dibuktikan
dengan ditemukannya mayat seorang Saxon dari abad ke-7 M yang dipancung dan
dikebumikan di kompleks batu tersebut. Richard John Coplan Atkinson, arkeolog
Inggris memperkirakan Stonehenge dibangun sekitar 5000 tahun silam terbagi
menjadi beberapa tahap, yakni 1, 2, 3a, 3b, dan 3c. Kompleks Stonehenge memang
dibangun dari masa ke masa sebagai hasil dari bermacam-macam kebudayaan yang
berbeda. Hal ini pula yang akhirnya memunculkan
pertanyaan untuk apa Stonehenge dibangun.
Lingkaran batu dikelilingi lingkaran tebing bulat dan parit berdiameter
115 meter dengan satu pintu masuk di bagian timur laut. John Aubrey, arkeolog
dari abad ke-17 menemukan 59 lubang di bagian luar kawasan lingkaran.
Lubang-lubang ini kemudian dina- makan lubang Aubrey untuk menghormati jasanya.
25 lubang Aubrey tersimpan perkebumian abu yang kira-kira berumur 2 abad
setelah berdirinya Stonehenge. Bersamaan dengan itu pula ditemukan tembikar Neolithikum dan sebuah batu tunggal monolit besar
yang tidak dihaluskan. Penemuan ini memberikan keterangan perkiraan kapan
pembangunan tersebut dilakukan. Batu monolit besar tersebut dikenal dengan
nama Batu Tumit (Heel Stone) yang terletak di luar pintu masuk.
Penelitian yang dilakukan William Stukeley pada 1740 menyatakan bahwa
pembangunan Stonehenge berhubungan dengan
kepentingan astronomi. Dia berhasil membuat gambar yang terukur kompleks
wilayah Stonehenge. Pendapat ini didukung Gerald
Hawkins. Profesor astronomi tersebut berteori Stonehenge
dibangun sebagai observatori- um astronomi untuk meramalkan datangnya gerhana
matahari dan gerhana bulan. Pada setiap batu tegak merefleksikan posisi
tertentu dari cahaya matahari. Oleh sebab itu, jika dapat memahami posisi pada
setiap susunan batu, maka dapat disimpulkan kegunaan Stonehenge pada masa
lalu. Dengan cara mendekode setiap batu pada Stonehenge didapatkan siklus 56 tahun
gerhana matahari dan gerhana bulan. Pada pertengahan musim panas, matahari akan
muncul tepat di puncak batu tumit. Cahaya matahari akan mengarah ke bagian
tengah Stonehenge.
Teori lain diungkapkan Tim Darvill dan Geoff Wainwright. Dua pakar
Stonehenge ini menyimpulkan bahwa batu biru, batu pembentuk lingkaran Stonehenge yang paling awal dipercaya mengandung
kekuatan penyembuhan magis. Jadi, menurut pandangan mereka Stonehenge
berhubungan dengan proses pengobatan.
Sementara itu, mitos yang berkembang di masyarakat, Stonehenge
dihubungkan dengan legenda Raja Arthur. Seorang bernama Geoffrey mengatakan
Merlin, tukang sihir terkenal pada masa Raja Arthur telah memindahkan Stonehenge dari Gunung Killarus ke lokasi yang sekarang.
Legenda lain yang tak kalah supranaturalnya menceritakan Stonehenge dibangun
oleh manusia raksasa yang telah membawa batu-batu mahabesar dari Afrika ke
Inggris. Legenda ini diperkuat dari struktur geologi batu penyusun Stonehenge yang menunjukkan batu-batu tersebut bukan
berasal dari wilayah Eropa. Struktur batu-batu di Stonehenge lebih mirip batuan
dari Afrika daripada Eropa.
Mana yang benar? Penelitian baru-baru ini berhasil mengetahui fakta bahwa
di setiap batu Stonehenge terdapat adanya
ukiran. Ukiran-ukiran pada batu baru dapat dilihat dengan metode pemindaian
laser dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mudah-mudahan penemuan baru
ini dapat menguak misteri kegunaan Stonehenge
di masa lalu.